Beranda | Artikel
Kisah Salman Al-Farisi Mencari Hidayah
Senin, 20 Desember 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Kisah Salman Al-Farisi Mencari Hidayah merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 10 Jumadil Awal 1443 H / 14 Desember 2021 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Kisah Salman Al-Farisi Mencari Hidayah

Salman Al-Farisi pergi dari rumahnya untuk mendalami agama yang baru dikenalnya dan dia melihat agama ini lebih baik daripada agama bapak dan nenek moyangnya. Maka dengan tekad yang bulat Salman berazam untuk pergi ke negeri asal agama tersebut (Syam) dan meninggalkan tanah leluhurnya (Persia) untuk mendalami dan mempelajari agama tersebut.

Salman melepaskan diri borgol yang mengikat kakinya sehingga dia bisa keluar dan pergi bersama rombongan para pedagang yang berasal dari negeri Syam. Dia bertanya: “Siapakah orang yang paling berkompeten dalam agama ini?” Maka orang-orang menjawab: “Seorang Uskup.”

Salman menemui Uskup tersebut dan berkata: “Aku menyukai agama ini, aku ingin tinggal bersamamu sebagai pelayan agar bisa belajar darimu dan beribadah bersamamu.” Dia pun diterima oleh Uskup tersebut. Maka ia pun tinggal di dalam gereja itu bersama Uskup itu.

Terkadang Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menguji sejauh mana kejujuran dan kesungguhan kita untuk mencari hidayah. Seperti yang menimpa Salman. Dia mengagumi sosok Uskup ini sebagai orang tertinggi di dalam agama tersebut. Ternyata ia adalah seorang laki-laki yang jahat, bukan orang baik, dia menggelapkan harta umat. Ia memerintahkan para pemeluk Nasrani untuk bersedekah, namun setelah sedekah itu terkumpul maka dia menyimpan semuanya untuk dirinya sendiri dan tidak membagikannya kepada orang-orang miskin. Hingga ia mengumpulkan tujuh qullah emas dan perak.

Di sini Salman bersikap dewasa dan meubisa mendudukkan masalah sebenarnya bahwa ini bukan masalah agama tersebut. Agama itu tidak membolehkan hal yang buruk-buruk. Namun oknum-oknum di dalamnya yang kadang-kadang ia berbuat tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Itulah yang dilihat oleh Salman. Namun tidak berubah pandangan Salman tentang agama tersebut sampai saat itu.

Terkadang kita yang mencari hidayah sunnah, dia bertemu dengan Ahlus Sunnah, namun kenyataannya dia dapati oknum-oknum di dalam ‘Ahlus Sunnah yang memang bermasalah seperti melakukan penipuan, penggelapan atau berbuat dosa. Tidak lantas seorang menjadi Ahlus Sunnah lalu dia menjadi malaikat semua, tidak demikian.

Iblis tidak pandang bulu, dia tidak melepas anak Adam bagaimanapun kedudukannya. Apakah dia orang yang berilmu, rajin beribadah, atau orang awam. Bahkan tipu daya iblis terhadap orang yang berilmu itu lebih hebat lagi, godaan yang dibisikkan oleh iblis ke hati mereka itu lebih dahsyat lagi. Maka kadang-kadang ini menjadi ganjalan bagi orang yang mencari hidayah. Dia mundur dari sunnah karena melihat oknum-oknum yang mengaku Ahlus Sunnah yang ternyata perbuatannya tidak sejalan dengan ajaran sunnah itu sendiri.

Demikian juga orang-orang yang masuk Islam, dia bertemu dengan orang-orang Islam, tentunya tidak semua orang didalam Islam itu lurus. Kadang-kadang ditemui oknum-oknum yang bermasalah. Kadang-kadang itu menjadi fitnah baginya hingga dia kembali keluar dari Islam.

Maka kita harusnya membedakan antara Islam dengan pemeluknya. Kadang-kadang yang terjadi berbanding terbalik dimana pemeluknya tidak menjalankan agama yang dianutnya. Sehingga ini menjadi cerminan buruk orang-orang menilai Islam dari kaum muslimin. Hal itu tentunya akan merubah pandangan mereka tentang Islam.

Bagaimana kisah lengkapnya hingga akhirnya Salman Al-Farisi menemukan Islam? Mari download dan simak kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51192-kisah-salman-al-farisi-mencari-hidayah/